Tiong Hoa Hwe Koan sebagai Pionir Pergerakan Kaum Tionghoa pada Masa Politik Etis

Valerie
3 min readOct 8, 2020

--

Sumber: pahoa.or.id

Membahas tentang perjuangan “Kaum Muda” dalam masa pencerahan, edukasi menjadi salah satu komponen penting untuk merangkak menuju emansipasi sosial seutuhnya. Kaum Tionghoa memang terlihat tidak sesulit pribumi dalam mengakses pendidikan pada masa politik etis. Namun, pada kenyataannya, berada di tengah tidak membuat kaum ini termudahkan, tetapi malah menjadi sebuah kesulitan tersendiri. (Kwartanada, 2013) Kaum Timur Asing, dalam hal ini kebanyakan Cina, tidak dianggap satu dengan pribumi, tetapi juga tidak satu dengan rakyat Eropa dan elit bangsawan. Hal ini jarang dibahas di mana-mana, secara, hanya kaum Eropa, elit bangsawan, dan pribumi yang menjadi “kunci” dalam masa ini. Tiong Hoa Hwe Koan adalah salah satu organisasi yang akhirnya berhasil menunjukkan signifikansi peran kaum Tionghoa pada awal abad ke-20. (Shiraishi, 1997)

Sebagai penengah, Tionghoa seringkali dijadikan perantara antara pemerintah dan rakyat pribumi. (Hapsari, 2018) Pemerintah Hindia Belanda kerap menaruh Tionghoa menjadi “tameng” untuk menagih upeti dan pajak kepada pribumi. Bahkan, Tionghoa dibatasi untuk tidak terlalu terlibat dalam perpolitikan dan pekerjaan tertentu. Dari segi tempat tinggal, Tionghoa dikelompokkan dalam permukiman yang homogen, terpisah dari tempat tinggal para pribumi dan elit bangsawan. (Kwartanada, 2011) Pembatasan-pembatasan yang diterapkan pemerintah telah berhasil menjadi suatu kebiasaan yang diterapkan, bahkan hingga saat ini. Secara kemampuan ekonomi, Tionghoa mampu berada dalam satu level dengan elitis bangsawan dalam mengakses pendidikan kelas pertama, tetapi secara politis, tidak sama sekali.

Pendidikan sudah jelas adanya dalam rencana politik etis, tetapi jelas di sini hanya berlaku untuk kaum Eropa, bangsawan, dan pribumi. Tidak pernah ada pernyataan jelas di mana dan bagaimana Tionghoa akan mendapat pendidikan seperti halnya dengan kaum lain. (Hapsari, 2018) Tiong Hoa Hwe Koan (1900) adalah sebuah organisasi kaum Tionghoa yang menjadi cikal-bakal dari sebuah sekolah yang dibentuk secara mandiri satu tahun kemudian. (Kwartanada, 2013) Sekolah ini menjadi sebuah representasi kaum Tionghoa untuk mencapai pendidikan dan pencerahan yang setara dengan kaum pribumi dan elitis Hindia Belanda.

It is to be remembered that the members of the Tiong Hoa Hwee Koan are among the most intelligent and progressive of the Chinese people. (Denyes 1911: 30)

Alumni THHK telah menjadi pelopor di bidangnya masing-masing. Pada saat itu, sebagian dari alumni sekolah THHK berkiprah membuat surat kabar dan juga aktif menuliskan aspirasi mereka untuk mewakili kaum Tionghoa. (Shiraishi, 1997) Fenomena ini menjadi suatu revolusi, karena selama ini, Tionghoa tidak pernah dianggap bergerak untuk membantu masa pencerahan yang sedang dialami masyarakat se-Hindia Belanda. Padahal, yang menjadi masalah adalah Tionghoa tidak pernah mempunyai kotak yang tepat untuk menaruh seluruh aspirasi mereka. (Hapsari, 2018) Menjadi bukti pula bagi seluruh kalangan, baik Eropa maupun Pribumi, bahwa Tionghoa pun mampu menjadi salah satu agen yang membantu menumbuhkan bibit-bibit kesadaran kebangsaan di Hindia Belanda.

Daftar Referensi

Kwartanada, Didi. “1 The Tiong Hoa Hwee Koan School.” Chinese Indonesians Reassessed: 27.

Hapsari, Retnaningtyas Dwi. “Bibit Nasionalisme di Kalangan Penduduk Tionghoa di Indonesia.” Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional 7, no. 2 (2018).

Shiraishi, Takashi, and Hilmar Farid. “Zaman bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa.” Jakarta: Pustaka Utama Grafiti dan Forum, 1997.

Kwartanada, Didi. “Sumbangsih Tionghoa di Masa Revolusi Kemerdekaan.” In Nabil Forum, vol. 3, pp. 48–57. 2011.

--

--